Beranda | Artikel
Nikmat Waktu
Kamis, 7 Juli 2016

Bismillah.

Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kematian dan kehidupan untuk menguji manusia siapakah diantara mereka yang terbaik amalnya.

Allah telah bersumpah dengan masa bahwasanya seluruh manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Allah berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa saling menasihati dalam kebenaran adalah sarana untuk melindungi diri dari terpaan fitnah syubhat, sedangkan saling menasihati dalam kesabaran adalah sarana untuk melindungi diri dari terpaan fitnah syahwat.

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, bahwasanya maksud dari saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran ialah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dengan demikian bisa kita tarik kesimpulan, bahwasanya menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar adalah sebab untuk melindungi dari fitnah syubhat dan syahwat.

Umat Islam mendapatkan predikat umat terbaik karena mereka menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta mentauhidkan Allah dengan benar. Bani Irsa’il telah mendapatkan laknat dari Allah melalui lisan Dawud dan Isa putra Maryam; hal itu disebabkan mereka tidak melarang kemungkaran yang terjadi diantara mereka. Kaum munafikin pun dicela karena salah satu sifat mereka adalah memerintahkan yang mungkar dan justru melarang dari hal-hal yang ma’ruf.

Perkara ma’ruf itu luas mencakup segala hal yang diperintahkan Allah, sedangkan perkara mungkar mencakup segala hal yang dilarang Allah. Perkara ma’ruf yang paling besar adalah tauhid, sedangkan kemungkaran yang terbesar adalah syirik kepada Allah. Karenanya Allah menyebut syirik sebagai kezaliman yang sangat besar. Karena itulah setiap rasul diutus untuk mendakwahkan tauhid dan memberantas syirik.

Salah satu ciri kaum beriman adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Dan salah satu ciri pengikut setia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang mendakwahkan tauhid dengan ikhlas dan dilandasi dengan ilmu yang nyata. Dakwah tauhid inilah bagian paling utama di dalam amar ma’ruf dan nahi mungkar. Sebab tauhid adalah kewajiban yang paling wajib sedangkan syirik adalah keharaman yang paling besar.

Dengan iman dan amal salih maka seorang muslim berusaha memperbaiki dan menyempurnakan dirinya sendiri, dan dengan amar ma’ruf nahi mungkar maka dia juga telah ikut serta memperbaiki keadaan masyarakat di sekitarnya. Untuk bisa menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar maka seorang muslim membutuhkan ilmu. Karena beramal tanpa ilmu akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.

Waktu demi waktu terus berlalu sementara kebutuhan umat manusia kepada amar ma’ruf nahi mungkar sedemikian besar berbanding lurus dengan terpaan fitnah yang terus menerjang berbagai sendi kehidupan insan. D sinilah letak pentingnya bagi kita untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam ketaatan dan amal kebaikan, dan lebih utama lagi setelah itu adalah berusaha untuk menebar kebaikan. Menjadi orang yang diberkahi dimana pun berada; dengan mengajarkan kebaikan dan menjadi teladan dalam kebenaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua buah nikmat yang kebanyakan manusia terpedaya karenanya yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Ramadhan memang telah berlalu, akan tetapi nafas kita masih berhembus dan jantung kita masih berdetak. Ini artinya saat untuk beribadah kepada Allah dan betaubat kepada-Nya masih terbuka lebar bagi kita. Waktu lebih berharga daripada uang dan harta benda. Karena sebanyak apa pun harta yang kita miliki tidak akan bisa membeli waktu dan kesempatan yang telah pergi dan berlalu dalam kehidupan kita.

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saja yang telah diampuni semua dosanya menjadi orang yang paling banyak bertaubat dan beristighfar kepada Rabbnya, maka bagaimanakah lagi kiranya dengan kita? Benar, idul fitri telah tiba akan tetapi bukanlah artinya gerbang dosa terbuka bebas untuk kita. Dosa tetap saja dosa. Maksiat tetap saja maksiat. Apabila kita jujur meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan karena Allah maka seharusnya kita meninggalkan maksiat di luar bulan Ramadhan juga karena-Nya.

Ditulis di ruang takmir Masjid Pogung Raya – Pogung Dalangan, Sinduadi, Sleman


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/nikmat-waktu/